Karya :
sayyidah lailatul maghfiroh 9A
Waktu telah berlalu yang membuatku
bosan, terkadang bisa membuatku ingin mengulanginya kembali, bukan untuk menyia
nyiakan kesempatan, akan tetapi untuk merubah
yang sia-sia , seperti kata pepatah “ Waktu adalah Uang “
Ketika
waktu berjalan terlalu cepat, lantas memisahkan kita yang tanpa kita sadari .
hingga pada akhirnya tak ada lagi yang lebih tangguh dari kekuatan doa.
Berharap bisa menembus alam yang berbeda
ini. Ayah…… kehadiranmu terasa begitu singkat di hidupku.
Ayah
seandainya engkau disini, aku sungguh ingin menceritakan banyak hal padamu.
Ayah aku rindu pada ayah, tapi kerinduan ini hanyalah sebatas kerinduan, yang
tanpa bisa aku melihat dan menatap wajahmu. Andai saja tuhan bisa mempertemukan
ku dengan ayah meskipun hanya lewat mimpi semata .
Apakah
ayah sudah tenangkan disana?, disini aku tidak tenang tanpa ayah. Akan tetapi
aku akan kuat tidak mau meliahat ayah sedih disana. Ayah …. Sudah bolehkah aku
bilang rindu kepada ayah? Aku hanyalah rindu tawamu, nasihatmu , senyumu dan
candamu. Akan tetapi yang paling aku rindu adalah perhatian dan kasih sayangmu.
Disaat
aku pertama kali melihat dunia, dirimu adalah seorang laki-laki yang aku lihat pertama
kali.Disitulah yang pertama kali aku dengar adalah suara merdu adzanmu .
Kehadiranku sangat kau sambut dengan hangat, dan tidak lupa senyum manismu dan
tangis bahagiamu yang kau berikan
pandangan pertama kepadaku. Bersama ibu, kita tawa tangis kita jalani bersama.
Pelukanmu
lah yang hanya bisa menenangkan tangisku, hingga kejailanmu lah yang membuatku
bisa tertawa lepas. Ayah aku yakin dirimulah seseorang yang tak mau melihatku
menangis dan terluka.
Larutnya
malam bukanlah alasan tidak bisa membuatku tersenyum bahagia. Seiring
berjalanya waktu aku tumbuh semakin besar. Ayah semakin gigih untuk mencari
nafkah buatku dan keluarga.
Kau
kerja hingga larut malam, kau pulang dengan membawa bingkisan makanan kecil
ataupun mainan sederhana untukku , akan tetapi penantianku itu salah , yang
harus kunanti adalah dirimu pulang dengan selamat, itu aku sadari ketika aku dan ayah sudah lagi berbeda dengan
alam, aku yakin semuanya yang telah di takdirkan itu terbaik untuk ku dan ayah
, semoga saja ayah bisa tenang disana, dan aku berjanji bahwa aku akan menjadi
putri satu satumu yang bisa membuat ayah dan ibu bangga.
Waktu
kebersamaan ini terasa begitu cepat dan singkat, tanpa aku sadar i bahwa dirimu
telah meninggalkan aku dan ibu di sekitaran 11 tahun yang lalu, aku tumbuh
semakin besar ayah, warna rambut ibu pun tak sudah hitam lagi, apakah ayah tau
seberapa besar pengorbanan ibu untuku disaat kou tak lagi disisinya , ibu
sering menangis tersedu seduh disaat ibu mengingatmu dan mersakan betapa
letihnya menjadi seorang ayah, entah mengapa tuhan amat cepat memanggilmu, akan
tetapi mungkin ini yang terbaik untukmu dan untukku,
Anakmu
sudah dewasa ayah, kini anakmu amatlah banyak menanggung beban, aku hanya ingin
bertemu dan menatap wajahmu, akan tetapi hal itu hanyalah sebatas halu sinasi
yang tak mungkin terwujud. Andai saja Tuhan mengizinkan aku bertemu dengan ayah
, walaupun hanya didalam mimpi semata, walaupun hanya di dalam mimpi aku tak
kan melewatkan kesempatan itu , aku akan
mengungkapkan rasa rinduku kepadamu , dan aku akan menceritakan kisah hidupku
seletah kepergiaanmu
0 Komentar "CERPEN "Ku Rindu Belaian Ayah""
Posting Komentar